Sejarah
Perkembangan
Sejarah
dan perkembangan puskesmas di Indonesia mulai dari didirikannya berbagai
institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak,
serta diselenggarakannya berbagai upaya kesehatan seperti usaha hygiene dan
sanitasi lingkungan yang masing-masing berjalan sendiri-sendiri.
Pada
pertemuan Bandung Plan (1951), dr. J.
Leimena mencetuskan pemikiran untuk mengintegrasikan berbagai institusi. Upaya
tersebut dibawah satu pimpinan agar lebih efektif dan effisie. Konsep ini
kemudian diadopsi oleh WHO. Konsep pelayanan yang terin tegrasi lebih
berkembang dengan pembentukan team work
dan team approach dalam pelayanan
kesehatan (1956). Gagasan ini dirumuskan sebagai konsep pengembangan system
pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi
fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di setiap Kecamatan yang mulai
dikembangkan sejak tahu 1969/1970.
Penggunaan
istilah Puskesmas pertama kali dimuat pada Master
plan of operastion for streinghtening national kealth service in Indonesia tahun
1969. Dalam dokumen tersebut, sebutkan puskesmas terdiri atas 3 tipe puskesmas
( tipe A, tipe B, tipe C). kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke III tahun 1970 menetapkan hanya ada satu
tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok.
Perkembangan
selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan pokok seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan pemerrintah serta
keinginan program di tingkat pusat, sehingga kegiiatan berkembanng menjadi 18
kegiatan pokok, bahkan di Jakarta
mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.
Melalui
rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan
tingkat pertama dalam kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Puskesmas waktu itu dibedakan
menjadi 4 macam yakni:
a. Puskesmas
tingkat desa
b. Puskesmas
tingkat kecamatan
c. Puskesmas
tingkat kawedanan
d. Puskesmas
tingkat kabupaten
Kemudian, pada
rakernas ke-2 tahun 1969, puskesmas dibagi menjadi 3 kategori:
a. Puskesmas
tipe A dipimpin oleh okter secara penuh
b. Puskesmas
tipe B dipimpin oleh doktr secara tidak penuh
c. Puskesmas
tipe C dipimpin oleh paramedic
Lokakarya Mini Puskemas
Dalam
rangka menejemen Puskesmas yang terdiri atas perencanaan , penggerakan
pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penelitian, maka Lokakarya Mini
Puskesmas merupakan pedoman penggerakan pelaksaan. Lokakarya Mini Puskesmas terdiri atas 4 komponen, yaitu
penggalangan kerja sama lindas sektoral, dan rapat kerja tri bulan lintas sektoral
1.
Penggalangan kerja sama dalam tim
Yaitu
lokakarya yang dilaksanakan sebulan sekali didalam lingkungan puskesmas
sendiri, dalam rangka meningkatkan kerja sama antar petugas puskesmas untuk
meningkatkan fungsi puskesmas.
2.
Penggalangan kerja sama lintas sektoral
Dalam
rangka meningkatkan peran serta
masyarakat dan dukungan sektor-sektor
yang bersangkutan, diperlukan penggalangan kerjasama lintas sektoral
serta dilakasanakan dalam satu pertemuan lintas sektoral setahun sekali.
Untuk
itu, perlu dijelaskan mnfaat bersama pembinaan upaya peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan bagi sektor-sektor
yang bersangkutan. Sebagai hasil peretemuan adalah kesepakatan rencana
kerja sama lintas sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Syafrudin,
dkk. 2009. “Ilmu Kesehatan Masyarakat
Untuk Mahasiswa Kebidanan”. Jakarta: TIM.
Prasetyawati,
Arsita. 2012. “Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dalam Milenium Development Goals”. Yogyakarta: Nuha Medika.